Laman

Ajo Ali, Tukang Parkir yang Gigih dalam Berusaha


Ajo Ali, Tukang Parkir yang Gigih dalam Berusaha
Foto0012.jpgOleh Ilwandi Putra


Padang- Suara kokok ayam terdengar begitu lincahnya, menandakan pagi akan datang menghampiri setiap mahluk-mahkuk yang ada di muka bumi. Kicauan  burung dari pohon ke pohon menunjukan kegembiraannya menyambut datangnya pagi, serta hiruk-pikuk terdengar dari rumah ke rumah menandakan manusia telah memulai aktivitas hidupnya masing-masing. Secangkir kopi terletak di meja yang telah lapuk dimakan usia, menjadi saksi kepahitan hidup yang dialami seorang lelaki separoh baya yang bekerja sebagai tukang parkir. Di rawut wajah lelaki itu tersimpan berbagai rintangan, cobaan, persoalan hidup yang menuntutnya untuk tetap berusaha untuk mencari rezki Allah yang bertaburan di muka bumi.
Ajo Ali, 50 tahun, itulah panggilan sehari-hari oleh masyarakat setempat, yang bekerja sebagai tukang parkir demi menyambung kelangsungan hidup keluarganya. Begitu tingginya kebutuhan hidup pada  sekarang ini, mau tidak mau pekerjaan sebagai tukang parkir tetap dilakoni oleh Ajo Ali. Tidak ada kata gengsi, tidak ada kata malas, semua itu ia hadapi dengan lapang hati. Sebagai tulang punggung keluarga, Ajo Ali tidak akan menyerah begitu saja. “Asalkan  halal apapun jenis pekerjaan tidak masalah baginya”, ujar Ajo Ali mengatakan alasan menjadi tukang parkir. Ya, bayangkanlah dengan usia 50 tahun masih banyak tanggung jawab yang ia pikul, yaitu membiayakan sekolah anak-anaknya yang sekarang sedang menimbah ilmu di SMP dan di SMA, serta memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ajo Ali bertempat tinggal di Cendana Mato Aia, Padang Selatan. Ajo Ali mempunyai pendamping hidup yang bernama Si Nur. Pasangan suami istri Ajo Ali dengan Si Nur mempunyai anak lima orang. Perempuan tiga orang dan lelaki dua orang. Walaupun suaminya bekerja sebagai tukang parkir, Si Nur selalu mendukung dan memberi semangat. “ Apapun pekerjaan suami saya asalkan pekerjaan itu tidak haram dan diperbalehkan  agama saya, sebagai istri tidak malu”. Ujar si Nur mendukung suaminya yang bekerja sebagai tukang parkir. Memang sungguh mulia hati istri Ajo Ali, kalau kita lihat pada sekarang ini, mungkin jarang kita temukan istri dari seorang suami yang berhati mulia. Kebanyakkan manusia pada zaman sekarang cuma mementingkan kehidupan dunia semata, gila akan harta, popularitas, jabatan, tanpa memikirkan kehidupan di akhirat kelak. Ajo Ali memang tidak seberuntung seperti orang-orang yang menikmati manisnya kehidupan dunia, ia sadar bahwa kehidupan dunia hanya sifatnya sementara. Semua itu hanya titipan yang Maha Kuasa. Ya, tergantung bagaimana kita menjalani sebagai insan yang diciptakan-Nya.
Sebelum menjadi tukang parkir, Ajo Ali bekerja sebagai penjual jagung rebus di dekat taman Imam Bonjol Padang. Bulan demi bulan, berganti tahun yang ia lalui bekerja sebagai penjual jagung rebus . Ya, kalau dibayangkan sebagi penjual jagung rebus, mungkin hasilnya tidak seberapa. Apalagi kebutuhan keluarganya sangat banyak. Satu buah jagung rebus ketika itu ia jual Rp. 1000. Penghasilan ketika itu dalam sehari cuma Rp. 20.000. Ya, bayangkanlah mana cukup uang sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pada tahun 2002, Ajo Ali mendapat tawaran dari temannya untuk mengantikan posisi teman sebagai tukang parkir di taman Imam Bonjol Padang. Tawaran itu, ia terimah dengan senang hati, karena sangat sulit untuk mencari pekerjaan ketika itu. Apalagi  Ajo Ali cuma menuntaskan pendidikan di SMP, tentu ruang lingkup untuk mencari kerja sangat sulit ia dapatkan.
Ya, tukang parkirlah usaha yang dilakoni oleh Ajo Ali sampai sekarang ini, untuk menghidupi keluarganya serta membiayai sekolah anak-ananya yang sedang mengecap dunia pendidikan. SMP dua orang yaitu Rodi dan Ira. SMA satu orang, yang bernama Sinta yang sekarang sudah kelas tiga. Selebihnya sudah berumah tangga. Memang semua harus dijalanai oleh Ajo Ali tanpa mengeluh dan tanpa putus asa. Kalau kita  lihat dengan usia 50 tahun, sudah sepatutnya Ajo Ali mendapatkan bantuan serta perhatian dari anak-anaknya. Tapi Ajo Ali tidak menuntut lebih, ia paham akan nasib anak-anaknya. Ajo Ali berkata “bahagia saja anak-anak saya dalam berumah tangga, itu sudah bersyukur saya”. Memang sungguh muliah hati seorang ayah seperti Ajo Ali yang bekerja sebagai tukang parkir.
Memang dalam mengharungi samudra kehidupan ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Semua itu butuh perjuangan dan pengorbanan, itulah yang dihadapi oleh Ajo Ali sebagai tukang parkir. Ajo Ali, sosok ayah yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Ia rela mati-matian bekerja, serta dengan cucuran keringat setiap hari, tidak menjadi penghalang baginya. Ajo Ali, tukang parkir yang taat dalam agama. Ia rela membagi rezkinya kepada orang lain yang sangat membutukan, walaupun sedikit. Ia selalu mempercayai petuah hidup “ nasib ibarat roda pedati”, sekali di atas dan juga sekali di bawah. Semua manusia tidak akan kaya selamanya, pasti suatu saat akan ada miskinnya. Begitulah sebaliknya. Sofian, salah satu masyarakat  Cendana Mato Aia Padang Selatan mengatakan, “ Ajo Ali, memang sosok ayah yang bertanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya, saya salut terhadap perjuangan dalam mengharungi roda kehidupan yang penuh tantangan ini, selain itu ia juga berhati tulus dan berjiwa sosial yang tinggi terhadap masyarakat.
Ajo Ali bekerja jadi tukang parkir dari jam 7.30 WIB sampai jam 18.00 WIB, dengan penghasilan, kalau cuaca baik biasanya ia memperoleh hasil dari jerih payahnya sebesar Rp. 150.000 sampai Rp. 200.000 itu kalau hari libur. Uang yang ia dapatkan itu, bukan untuk ia semuanya. Bahkan  ada setoran yang harus dikeluarkan kepada kepala yang mengurus taman Imam Bonjol itu. Setoran yang ia berikan tergantung banyaknya. Kalau pendapatannya Rp. 150.000, maka ia harus menyetor Rp. 120.000. Sedangkan kalau pendapatannya Rp.200.000, setorannya yaitu Rp. 150.000. Jadi penghasilan Ajo Ali dalam sehari berkisar Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000. Ya, dari hasil tukang parkirlah Ajo Ali bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, termasuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar