Laman

Variasi Adat Meminang (antara daerah Balaiselasa dengan Inderapura Pesisir Selatan)


Variasi Adat Meminang
(antara daerah Balaiselasa dengan Inderapura Pesisir Selatan)

Oleh Nade Rahayu
Minangkabau adalah lingkungan daerah yang sangat beradat. Dimana adat sangat dijunjung tinggi. Dalam adat  banyak diajarkan tata krama untuk manusia sesuai dengan ajaran Islam agama  yang diridhoi Allah SWT.  Adat tidak  hanya memiliki satu corak, tapi memiliki corak yang beragam.  Berlain daerah maka berlain pula corak dalam tradisi adatnya. Khususnya dilihat dalam bentuk adat meminang yang terdapat di daerah Balaiselasa dan di perbandingkan dengan bentuk adat meminang yang ada di daerah Inderapura. Dua tempat ini berada dalam satu kawasan Pesisir Selatan.
Meminang dengan kata lainnya adalah “melamar” disebut juga dengan datangnya keluarga laki-laki kerumah perempuan, dan perempuan yang sebagai penerima pinangan. Sekarang tentu tidak zamannya lagi Siti Nurbaya yang dikenal sebagai zaman perjodohan. Tapi zaman sekarang gadis Minangkabau sudah bisa mencari jodohnya sendiri, sesuai dengan kriteryanya dan berdasarkan hatinya masing-masing. Setelah ditemuinya pilihan hatinya yang sudah tepat dan ingin menikah maka seorang laki-laki dan gadis Minangkabau mereka mengatakan kepada orang tuanya masing-masing, kalau mereka sudah siap ingin bersanding di pelaminan. Di sinilah pihak dari orang tua laki-laki datang kerumah keluarga perempuan  tujuan meminang/mengantarkan pinangan.
Adat selalu berbicara atau menggambarkan tradisi yang berbeda dalam setiap daerah.  Dilihat dari daerah Balaiselasa dalam meminang ke daerah Inderapura, walau daerah ini bertetangga atau msih dekat dalam satu kawasan yang sama tapi dua daerah ini memiliki corak masing-masing dalam adat meminangnya.
            Balaiselasa, dalam meminang  keluarga laki-laki datang kerumah perempuan, ini dibandingkan keluarga laki-laki dari Balaiselasa yang meminang gadis yang bertempat tinggal di Inderapura. Kedatangan dalam lamaran itu  tentu tidak hanya dengan  Ayah dan Ibu sang mempelai laki-laki saja, tapi mereka datang dengan mengundang famili/kerabat dekat mereka, atau disebut juga dengan keluarga besar mereka. Dan mereka datang kerumah perempuan tujuan ingin meminang, kedatangan dalam meminang itupun sangat berbasa-basi, dengan membawa macam-macam dalam  makanan.
Menurut orang tua perempuan dari sang mempelai laki-laki (Sarnah/52 tahun) “ inilah adat kami, kami datang tujuan ingin meminang gadis untuk anak kami, ini ada sedikit makanan untuk dihidangkan dalam pertemuan hari ini, karena kami tidak mau dengan kedatangan ini merepotkan tuan rumah yang kami datangi”.
 Tujuan kedatangan mereka tidak merepotkan keluarga dari perempuan. Hanya berharap segelas air sebagi basa-basi juga dari keluarga perempuan. Dalam pertemuan meminang itu, dihadapkan/dipertemukan kedua belah pihak dari family mempelai masing-masing. Mereka saling menentukan kapan anak mereka akan dinikahkan, istilahnya menentukan tanggal peresmian.
Sebelum tanggalnya ditentukan dan dalam bulan baik bagi agama, diperhitungkan juga disana masalah uang untuk pernikahan. Untuk uang pernikahan dalam daerah  Balaiselasa ini tiga perempat dari keluarga laki-laki, dan serperempat dari keluarga perempuat dan itupun sudah disepakati antara kedua belah pihak dari orang tua dan ninik mamak yang hadir.
Kesepakatan dan kemufakatan yang diciptakan untuk sebuah pertemuan dalam meminang menciptakan keindahan dan pertemuan dua hati untuk bersanding ke pelaminan. Kebahagiaan untuk kedua mempelai telah mempetemukan/menyatukan dua keluarga dalam tempat yang berlain corak adatnya.
Menurut mamak dari mempelai laki-laki (Ishaq/59 tahun) “kalau dalam adat kami dari Balaiselasa, untuk uang nikah anak kita, kami dari pihak laki-laki menyediakan tiga perempatnya, dan kami minta seperempatnya dari keluarga gadis yang kami pinang. Keputusan kita bersama berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, dan untuk biaya pesta, masing dari pihak keluarga laki-laki-laki dan keluarga dari mempelai perempuan dengan dana masing-masing”.
Di sinilah saat melontarkan senyum sekali dari sang mempelai perempuan karena, keluarga mempelai perempuan dari Inderapura, biasanya dalam adatnya untuk uang nikah  saja separoh dari keluarga mempelai laki-laki dan separohnya lagi dari sang mempelai perempuan.
            Sungguh tidak bisa kita sama dalam adat meminang ini dalam tiap-tiap daerah, karena sesuai kata  minang “lain lubuk, lain pula ikannya”. Inilah yang terjadi dalam dua daerah yang sangt bertetangga ini yang terletak dalam  satu kawasan.
Inderapura, dalam kedatangan keluarga laki-laki dalam meminang/melamar kerumah kelurga perempuan, dalam tangan terbuka saja. Hanya dalam bawaan tujuan maksud kata yang ingin meminang mempelai perempuan yang sudah dicalonkan untuk anaknya. Kedatangn keluarga dari laki-laki ini dengan kata lain keluarga dari perempuan menyediakan semua sesajian basa-basi untuk pertemuan itu.
terlihat corak adat yang berbeda, dipandang juga adat ini dalam untung ruginya. Perbandingan yang ada, di daerah Balaiselasa  ada sedikit berbagi tanggung jawab dari mempelai laki-laki terhadap mempelai perempuan. Sedangkan di daerah Inderapura semua dibagi rata. Apapun segi biaya/dana untuk sebuah kesepakatan dalam pertemuan itu, kedua belak pihak dikenakan separoh-separoh.
menurut salah satu tetangga dari perempuan yang dipinang yang hadir menyaksikan perbandingan dalam dua corak adat yang berbeda itu (Naning/34 tahun) “ ternyataadat kita berbeda dengan daerah Balaiselasa ya,, adat kita dalam meminang itu kluarga Lakii-laki datang hanya “malenggang ajo” artinya tanpa membawa apa-apa dari basa-basi untuk peretemuan dalam meminang, apalagi untuk uang nikah apapun dalam segi biaya, kita dikenakan separo-separoh”.
Pertemuan untuk meminang/melamar, dipandang dalam adatnya mungkin diperhitungkan untung rugi yang ada, tapi dalam mempersatukan dua kelurga semua itu tergantung dalam kesepakatan bersama. Dalam kedua belah pihak sama-sama setuju dan menyanggupi maka terjadilah sebuah pernikahan yang akan dilaksanakan berdasarkan ketentuan Allah dan Sunnah Rasul.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar