Laman

Emerson, Pemuda Yang Tidak Mengenal Putus Asa


                        Emerson, Pemuda Yang Tidak Mengenal Putus Asa

Oleh Zurniawati
            Kehidupan ibarat sebuah teka-teki, sangat susah untuk ditebak. Tidak bisa orang memastikan bagaimana kehidupan mereka dari waktu-kewaktu. Kehidupan ibarat roda yang berputar, ibarat jarum jam yang terus berputar dan berputar tanpa mengenal lelah. Seperti yang dialami seorang pemuda yang bernama Emerson 24 tahun, ia adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara anak dari pasangan Wasmi dan Edmonsyah. Emerson bertempat tinggal di Kota Solok, yang nama daerah kecilnya. Aro, Empat Korong.
            Lika-liku kehidupan yang ia jalankan sangat terjal, dulu sewaktu duduk dibangku sekolah SMA kelas dua, orang tua perempuan Emerson jatuh sakit, tidak lama kemudian ibu dari Emerson meninggal dunia, tinggallah ia dan bersama dua orang adek lelakinya dengan seorang bapak yang juga sakit-sakitan. Setelah tamat SMA Emerson tetap bersemangat melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi walaupun bapak emerson sakit-sakitan, karena adek dari ayah Emerson bersedia membantu biaya kuliahnya. Nimar berkata “ Emerson adalah seorang anak yang pintar, dan berbakti kepada kedua orang tuanya, ia memiliki cita-cita yang tinggi yaitu menjadi seorang perawat Nimar ingin membantu Emerson untuk menggapai cita-cita itu”.
            Emerson masuk disebuah universitas AKPER, yang ada di kota Solok, apaboleh dikata takdir berkehendak lain, tiga bulan Emerson kuliah, penyakit bapaknya bertambah parah yang butuh perawatan intensif, bapak Emerson berenti total bekerja dia harus dirawat inap dirumah sakit. Melihat ini semua, Emerson ingin berhenti kuliah dan mencari pekerjaan karena tidak mempunyai biaya lagi untuk kuliah, dan juga ia harus menjadi tulang punggung keluarga karena ia anak laki-laki pertama dari pasangan Wasmi dan Edmonsyah yang harus memenuhi kebutuhan kedua adiknya yang masih bersekolah, dan membiayai perawatan bapaknya, beban yang ditanggung Emerson cukup berat.
Emerson berkata, “ Saya adalah seorang anak lelaki yang paling besar, saya wajib membiayai kebutuhan keluarga walau bagaimanapun caranya asalkan itu halal, Emerson rela banting tulang tiap hari demi memenuhi kebutuhan keluarganya, saya ingin menyekolahkan adik-adik setinggih mungkin agar kelak nanti menjadi orang yang sukses, saya tidak pernah merasa lelah, capek atau putus asa.”
            Pertama kali bekerja, Emerson menjadi seorang pelayan disebuah rumah makan, dengan penghasilan yang tidak memadai untuk membantu biaya sekolah kedua adeknya dan biaya perawatan bapaknya. Ia tidak pernah putus asa untuk membiayai perawatan bapaknya,  karena ia merasa penghasilan yang tidak mencukupi, Emerson mencari pekerjaan yang baru yang ia anggap lebih besar penghasilannya daripada bekerja di rumah makan, sebulan Emerson bekerja, nasip malang menimpa ia lagi, ternyata bapaknya tidak bisa diselamatkan, melihat ini semua hancurlah hati seorang Emerson, ia bingung karena sudah menjadi anak yatim piatu, sedangkan kedua adek-adeknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Adek yang paling kecil baru kelas dua SD, sedangkan yang nomor dua baru kelas satu SMP. 
            Emerson selalu diberi semangat oleh tantenya agar tidak pernah berputus asa, tidak lama Emerson berlarut-larut dalam kesedihan, ia dimasukan kerja oleh salah seorang pemilinya disebuah Bank mega, yang penghasilannya cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga, tapi selama bekerja di bank Mega, perasaan Emerson sering tersakiti  oleh karyawan yang tinggi jabatan dari ia, Emerson mersa tersiksa bekerja di situ, ada salah seorang karyawan yang baik kepada Emerson, dia menawarkan Emerson untuk bekerja di warnet, dengan senang hati Emerson langsung menerima tawaran pekerjaan itu, awal bekerja diwarnet Emerson mendapatkan gaji yang cukup lumayan, selama bekerja diwarnet Emerson pernah dapat penyakit tipus dan ia harus dirawat inap, Emerson dibawa kerumah sakit, dan dirawat inap selama tiga hari.
            Setelah Emerson sembuh, ia mulai bekerja lagi, ternyata selama ia dirawat dirumah sakit, biaya pengobatan dia dianggap hutang oleh bos ditempat ia bekerja, selama dua bulan bekerja Emerson tidak menerima gaji karena harus melunasi hutanngnya selama dirawat dirumah sakit. Emerson kewalahan untuk membiayai kebutuhan adek-adeknya, untunglah tante Emerson bersedia membantu adek-adeknya. Menurut salah seorang warga yang mengenal Emerson, Pak Edi berkata “  sungguh hebat semangat Seorang pemuda yang baru berumur 24 tahun, ia bekerja membanting tulang setiap hari demi memenuhi kebutuhan adik-adiknya, ia ingin menyekolahkan adiknya setinggi mungkin agar kelak nanti bisa menjadi orang yang sukses, dia tidak pernah mengenal lelah, atau berputus asa.”
            Setelah dua tahun bekerja diwarnet, nasip mujur berpihak kepada Emerson, ia bertemu dengan seorang teman dari ibunya yaitu Pak Eri yang bekerja di Bank Mandiri Syariah, Emerson disuruh berenti bekerja diwarnet dan dimasukan kerja di Bank Mandiri Syariah, tempat Pak Eri bekerja, Alhamdulillah penghasilan Emerson satu bulan 1.600.000, yang bisa untuk membantu biaya sekolah adeknya yang disekolahkan oleh yayasan, yang paling kecil sudah kelas 5 SD sekarang, sedangkan yang nomor dua sudah kelas 3 SMP. Emerson mempunyai cita-cita ingin menyekolahkan adik-adiknya setinggi mungkin, agar kelak mendapat pekerjaan yang lebih baik dan menjadi orang yang sukses. Emerson adalah seorang pemuda yang pantang menyerah.           
                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar