Laman

Penyebaran dan Penanggulangan Kesehatan Tubuh dari Penyakit TBC


Penyebaran dan Penanggulangan Kesehatan Tubuh dari Penyakit TBC
Oleh Elisa Rahma Yeni

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini terbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama baksil Koch. Bahkan penykit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium Tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Menurut Nurhafizah (23) mahasiswa jurusan keperawatan dari STIKES INDONESIA menyatakan “Meningkatnya penularan infeksi saat ini, banyak di hubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Di samping itu daya tahan tubuh yang lemah atau menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.”
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Adapun gejala-gejala penderita penyakit TBC yang di nyatakan oleh Dr. Helga Wati (47) ”Pada tahap awal, penderita TBC seringkali tidak merasakan gejala apa-apa, kalaupun ada hanya menyerupai gejala influenza. Namun pada tahap lebih lanjut gejala TBC meliputi demam suhu rendah, penurunan berat badan, letih yang kronis, berkeringat banyak terutama malam hari meskipun tidak beraktivitas, batuk dengan riak yang lama-lama berdarah, nyeri dada dan sesak nafas. Dalam kondisi seperti ini jelas penderita tidak akan dapat melaksanakan aktivitas hidupnya sehari-hari sebagaimana mestinya”.
Untuk itu sebaiknya penyakit TBC kita tanggulangi sebelum bertambah parah. Pengobatan TBC ini biasanya meliputi INH (Isotonic Acid Hydrizide), Ethambutol, Paraamino Salicylic atau Rifampicin, yang diberikan minimal selama enam bulan, di minum setiap hari tanpa boleh terputus sekalipun. Putusnya masa pengobatan sebelum waktunya akan berakibat peningkatan resistensi (kekebalan) kuman,sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.  Syahrizal (63 tahun) yang di kunjungi pada 19 desember 2011,beliau tinggal di kampung pinang Kecamatan Kuranji dan sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit M.Djamil. Ia menyatakan “ saya menderita penyakit TBC ini sudah hampir 1 tahun. Memang kalau tidak cepat di cegah akan semakin parah. Waktu itu saya pernah, memberhentikan pengobatan sebelum waktu nya karena saya tidak sanggup untuk membeli obatnya,namun penyakit saya malah semakin parah dan tak kunjung sembuh juga. Hingga akhirnya, anak saya yang menganjurkan saya untuk berobat lagi dan mereka pun mau membiayai pengobatan saya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar